Jumat, 20 Maret 2015

makalah ilmu pendidikan islam dasar dasar ilmu pendidikan islam

A . PENDAHULUAN
1.      Latar belakang masalah
            Pendidikan  merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia  begitupun pendidikan islam tentu tidak dapat dipisahkan dari keseharian umat islam. Seperti yang kita ketahui, surat al-alaq ayat 1-5 yang di wahyukan Allah S.W.T pada nabi Muhammad S.A.W  melalui malaikat jibril pertama kali mengandung unsur mendidik dan pendidikan, hal tersebut menunjukan bagaimana pendidikan  berperan dalam diri manusia yang diciptakan Allah berbeda dengan makhluk lain karena manusia mempunyai akal dan pikiran yang juga berfungsi untuk belajar atau mengolah pendidikan.
               Berdasarkan proses penciptaan manusia, manusia merupakan rangkaian utuh antara komponen materi dan immateri ( QS Al Hijr [15]: 26-29). Materi berasal dari tanah ( QS Al mu’minun [23] : 12-14) dan mempunyai daya fisik seperti mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium dan daya gerak. Sementara unsur immateri yaitu ruh yang ditiupkan oleh Allah mempunyai dua daya yaitu daya piker yang disebut akal dan daya rasa yang berpusat di hati. Untuk membangun daya fisik perlu dibina melaui latihan latihan ketrampilan dan panca indra. Untuk mengembangkan daya akal dapat dipertajam mealui penalaran dan berpikir. Sedang untukmengembangkan daya rasa, dapatdipertajam melalui ibadah. Konsep ini membawa konsekuensi bahwa secara filosofis  pendidikan seyogyanya merupakan kesatuan pendidikan yang memfokuskan pada pengembangan kecerdasan piker (rasio, kognitif ) dzikir ( afektif, emosi, hati, spiritual ) dan ketrampilan fisik ( psikomotorik )[7]
            Pentingnya pendidikan islam bagi umat muslim, tentu mengharuskan adanya dasar-dasar dalam pendidikan islam yang berstandar dan teratur sehingga dapat menopang tumbuh berkembanya pendidikan islam agar tujuan pendidikan tersebut dapat berjalan dan tercapai sesuai dengan keadaan atau kondisi saat itu serta  dengan kaidah islam.   
2.      Rumusan masalah
1.Apa pengertian  pendidikan islam ?
2.Apa pengertian dasar pendidikan islam ?
3.Apakah dasar-dasar pendidikan islam ?
A. pengertian pendidikan islam
a) . pengertian pendidikan
            Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata didik kemudian mendapat  imbuhan pe dan akhiran an maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseoran atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaca pengajaran dan pelatihan.
            Dalam islam, istilah yang umum digunakan untuk pendidikan yaitu al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al, ta’dib yang mempunyai arti berbeda satu sama lain tetapi akan mempunyai makna sama jika disebut slah satunya karena antar istilah tersebut mewakili istilah lainnya.
            Jika merujuk pada kamus bahasa Arab akan ditemukan tiga akar kata untuk istilah tarbiyah. Pertama, rabba-yarbu yang artinya bertambah dan berkembang. Kedua rabiya-yarba yang artinya tumbuh dan berkembang. Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan. Apabila al-tarbiyah diidentikkan dengan ar-rabb dan istilah rabbaniyyin disebutkan dalam Al-qur’an surah Ali ‘Imran [3] ayat 79.
تَدْرُسُونَ وَبِمَاكُنتُمْ الكِتَابَتُعَلِّمُونَ مْنَكُنْتُبِمَاكُونُوارَبَّانِيِّينَ
Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.

Dengan mencermati ayat diatas, bisa dipahami bahwa arti al-tarbiyah (sebagai padanan ar-rabbani ) adalah proses transformasi ilmu pengetahuan. Proses rabbani bermula dari proses pengenalan, hafalan, dan ingatan yang belum menjangkau proses pemahaman dan penalaran.[1]
Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam (2004) halaman 4-5 oleh Munardji yang dikutip Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam (2011:3) Istilah ta’dib berasal dari kata addaba yuaddibu ta’diiban yang mempunyai arti antara lain membuatkan makanan, melatih akhlak yang baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik Kata addaba yang berasal dari kata ta’dib juga merupakan persamaan kata allama yuallimu ta’liman. Muaddib yaitu sesorang yang melaksanakan kerja ta’dib disebut juga muallim, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar anakyang sedang tumbuh dan berkembang.
Menurut Naquib dalam buku Abd. Halim soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam (2006:20) yang dikutip Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam (2011:4) bahwa kata yang diterjemahkan mendidik adalah addaba masdar (kata benda buatan) nya ta’diiban berarti pendidikan.
 Istilah ta’lim berasal dari kata dasar aalama yang berarti mengajar dan menjadikan yakin dan mengetahui. Penggunaannya dalam pengajaran, si pengajar berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada orang yang menerima atau belajar dengan jalan membentangkan, memaparkan dan menjelaskan isi pengetahuan atau ilmu yang diajarkan itu yang dinamakan pengertian.
b) . pengertian islam
            menurut agama yang dibawa nabi Muhammad S.A.W untuk menyembah tuhan yang maha esa yakni Allah S.W.T pemakaian bahasa, islam berarti berserah diri kepada Allah.
            “sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah hanyalah islam.” (ali imran:19)
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصاًلَّهُ الدِّي{11}وَأُمِرْتِ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَ الْمُسْلِمِينَ{12}
“ katakanlah : sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan padanya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama menyerahkan diri.” (az-zumar:11-12)
Dengan demikian, islam merupakan sistem ilahi dan dengan sistem itulah Allah menentukan berbagai syariat.  Allah menjadikan islam sebagai sistem yang sempurna dan mencakup seluruh sistem kehidupan. Hanya islamlah yang mendapat keridhaan Allah dalam hubungan manusia dengan penciptanya, dengan semesta, makhluk-makhluk lain, dunia-akhirat, masyarakat, istri, suami, dan lain-lain sehingga seluruh ikatan yang dibutuhkan akan teratur. Islam merupakan sistem yang didasarkan atas ketundukan dan penghambaan kepada Allah serta memegang teguh segala hal yang datang dari Rasulullah S.A.W.[2]
c) . pengertian pendidikan islam
            berdasarkan atas pengertian al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib diatas, para ahli pendidikan islam juga mencoba memformulasikan hakikat pendidikan islam, dan seperti pemaknaan istilah pendidikan, formulasi hakikat pedidikan islam ini juga berbeda satu sama lain.beberapa diantara formulasi tersebut ialah :
1.      Muhammad fadlil al-jamaly (1986:3) memberikan arti pendidikan islam dengan upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia sehingga teerbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
2.      Muhammad munir mursyi (1977:25) mengatakan bahwa pendidikan islam adalah pendidikan fitrah manusia. Disebabkan islam adalah fitrah maka segala perintah, larangan, dan kepatuhannya dapat mengantarkan mengetahui fitrah ini.
Maka, pendidikan islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu maupun sosial untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah), maupun ajar yang sesuai fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai islamuntuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[3]
B . Pengertian dasar pendidikan islam
            Allah berfirman  dalam Al-qur'an surat AR-rum ayat 30 yang mengandung perintah agar manusia dalam mempergunakan fikirannya selalu dilandaskan pada iman yang terarah lurus pada agama Allah S.W.T.
              Dalam buku Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (2008:121) yang dikutip mohammad haitami salim dan syamsul kurniawan dalam buku studi ilmu pendidikan islam (2012:35) menuliskan bahwa setiap aktivitas yang disengaja untuk mempunyai tujuan harus mempunyai dasar atau landasantempat berpijak yang kukuh dan kuat. Dasar adalah pangkal tolak suatu aktivitas. Didalam menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar didalam kehidupannya.apabila pandangan hidup dan hukum dasarr yang dianut manusia berbeda, berbeda pulalah dasar dan tujuan aktivitasnya.
pendidikan adalah meletakkan pondasi yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara berlatih dan belajar sehingga meski sudah selesai sekolah akan tetap belajar.[4]
Pendidikan islam merupakan pengembangan pikiran, penataan perilaku, pengaturan emosional,  hubungan peranan manusia dengan dunia ini, sera bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Seluruh ide tersebut telah tergambar secara integratif (utuh) dalam sebuah konsep dasar yang kokoh. Islam pun telah menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya   pada perilaku normative yang mengacu pada syariat islam. Perilaku yan dimaksud adalah penghambaan manusia berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia itu sendiri, baik dilkukan secara individual maupun kolektif.[5]
C . dasar-dasar pendidikan islam
            Jalaludin, dan said usman dalam bukunya, filsafat pendidikan islam;konsep dan perkembangan pemikirannya ( 1999:37) yang dikutip Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya ilmu pendidikan islam (2011:36-37) menyebutkan  Dasar pendidikan islam identik dengan dasar ajaran islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-quran dan hadits. Kemudian dasar tersebut dikembangkan dalam pemahaman para ulama’ dan lain sebagainya.
1.Al-qur’an
Al-quran dijadikan sumber pertama dan utama dalam pendidika islam, karena nilai absolute yang terkandung dari Tuhan. Umat islam sebagai umat yang dianugerahkan tuhan satu kitab al-quran yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal.[6]
Dalam buku abdul mujib dan jusuf mudzakkir, ilmu pendidikan islam (2006:33-38) yang dikutip Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya ilmu pendidikan islam (2011:38) Nilai esensi dalam al-quran selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan zaman, yang terjaga dari perubahan apapun. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut masalah teknik operasional. Sehingga pendidikan islam yang ideal sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai dasar al-qur’an tanpa sedikitpun menyimpang darinya. Hal ini diperlukan karena ada dua isi penting yan diperlukandalam sebuah pendidikan, yaitu mencakup sejarah pendidikan islam dan nilai-nilai normative pendidikan islam.
Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya ilmu pendidikan islam mengutip dari buku ramayulis, ilmu pendidikan islam (1998:14) menyebutkan  dalam Al-qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Misalnya saja kisah luqman dalam mengajari anaknya (QS. Lukman:12-19). Cerita ini menggariskan prinsip dalam materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadah, social, dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tentang tujuan hidup dan dan tentang nilai sutu kegiatan dan amal sholeh. Hal ini mengindikasikan bahwa tujuan hidup harus match dengan tujuan hidup itu sendiri.
2.As-sunnah
Dasar kedua dalam pendidikan islam adalah as-sunnah. Menurut bahasa, sunnah adalah tradisi yang biasa dilakukan atau jalan yang dilalui (al-thariqoh al-maslukah) baik yang terpuji maupun yang tercela. As-sunnah merpakan sesuatu yang dinukilkan kepada nabi S.A.W, berupa perkataan, perbuatan, tqrir atau ketetapannya dan yang lain itu. Amalan yang dikerjakan rosul dalam proses perubahan sikap sehari-hari menjadi sumber pendidikan islam, karena Allah telah menjadikan beliau sebagai teladan umatnya.
            Robert l. Gullick mengungkapkan dalam bukunya , Muhammad the educator yang disampaikan dalam buku ilmu pendidikan islam (2006:39) oleh abdul mujib dan jusuf mudzakkir dan dikutip oleh Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya , ilmu penidikan islam (2011:40)  menyatakan : “ Muhammad betul-betul seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar, serta melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan budaya islam, serta revolusi sesuatu yang mempunyai tempo yang tak tertandingi dan gairah yang menantang. Dari sudut pragmatis, seseorang yang mengangkat perilaku manusia adalah seorang pangeran diantara para pendidik.
3). Kata-kata sahabat (madzhab sahabi)
            Sahabat adalah orang yang pernah berjumpa dengan nabi S.A.W  dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan beriman juga.
Upaya saabat dalam pendidikan islam sangat menentukan bagi perkembangan pemikiran dewasa ini. Para sahabat memiliki karakteristik yang unik dari kebanyakan orang. Fazlur rahman berpendapat dalam buku ilmu pendidikan islam oleh abdul mujib dan jusuf mudzakir (2006:40) yang dikutip Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya ilmu penidikan islam bahwa karakteristik sahabat antara lain : (1) tradisi yang dilakukan para sahabat secara konsepsional tidak terpisah dengan sunnah nabi, (2) kandungan yang khusus dan actual traisi sahabat sebagian besar produk sendiri., (3) unsure kreatif dari kandungan merupakan ijtihad personalyang telah mengalami kristalisasi dalam ijma’, yang disebut denan madzhab sahabi (pendapat para sahabat). Ijtihad ini tidak terpisah dari petunjuk nabiterhadap sesuatu yang bersifat spesifik, dan (4) praktik amaliah sahaba identik dengan ijma’ (konsensus umum)
4). Kemaslahatan umat / sosial (mashlahah al-mursalah)
Dalam buku ilmu pendidikan islam oleh abdul mujib dan jusuf mudzakkir (2006:41) yang dikutip muhammad muntahibun nafis dalam buku ilmu pendidikan islam (2011:43) mashlahah al-mursalah adalah menetapkan undang-undang peraturan dan hukum tentang pendidikan dalam hal-hal yang sama sekali tidak diebutkan dalm nash dengan pertimbangan kemaslahatan hidup bersama, dengan bersendikan asas menarik kemaslahatan atau menolak mudharat melalui penyeldikan terlebih dahulu. Ketetapannya bersifat umum, bukan untuk kepentingan perseorangan serta tidak bertentangan dengan nash dan Ketentuan yang dicetuskan berdasarkan mashlahah al-mursalah dengan memiliki tiga kriteria berikut : (1) apa yang dicetuskan benar-benar membawa membawa kemashlahatan dan menolak kerusakan setelah melalui  tahapan observasi dan analisi, misalnya pembuatan tanda tamat (ijasah) dengan foto pemiliknya, (2) kemaslahatan yang diambil merupakan kemaslahatan yag bersifat universal, yang mencakup seluruh lapisan masyarakat, tanpa adanya diskriminasi, misalnya perumusa undang-undang sistem pendidikan nasional dinegara islam atau dineara yang mayoritas penduduknya muslim, (3) keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan nilai dasar Al-qur’an dan as-sunnah. Misalnya, perumusan tujuan pendidikan tidak menyalahi fungsi kehambaan dan kekhalifahan manusia dimuka bumi ini.
5). Tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘urf)
Berdasarkan kutipan Muhammad muntahibun nafis dalam buku ilmu pendidikan islam (2011:44) dari buku ilmu pendidikan islam oleh abdul mujib dan jusuf mudzakkir (2006:42) Tradisi, (urf/adat) adalah kebiasaan masyarakat, baik berupa perkataan, maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan merupakan hokum tersendiri, sehingga jiwa tenang dalam melakukannya karena sejalan dengan akal dan iterima oleh tabiat yang sejahtera.dalam konteks tradisi ini, masing-masing tradisi masyarakat muslim memiliki corak tradisi yang unik, yang berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lain. Sekalipun mereka mempunyai kesamaan agama, tetapi dalam hidup berbangsa dan bernegara akan membentuk cirri unik. Dengan asumsi seperti ini, maka ada penyebutan islam universal dan islam local.[1] Kesepakatan bersama dalam tradisi apat dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan islam. Penerimaan tradisi inimiliki beberapa syarat yaitu : (1) tidak bertentangan dengan ketentuan nash pokok baik Al-qur’an dan As-sunnah, (2) tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang sejahtera, serta tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakan , dan kemunduran.
6). Hasil pemikiran para ahli dalam islam (ijtihad)
Ijtihad adalah istilah para ahli fiqih (fuqoha’) yang berakar dari kata jahada yang berarti al-masyaqqah (yang sulit) dan badzl al-wus’i wal thaqati (pengarahan kesanggupan dan kekuatan). Istilah lain menyebutkan bahwa ijtihad adalah berfikir dengn menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki ahli syariat islam untuk menetapkan/menentukan suatu hokum syariat islam dan hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya dalam Al-qur’an seperti yang dijelaskan zakiyah darojat, dkk, dalam buku ilmu pendidikan islam (2006:21) yang dikutip Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya ilmu pendidikan islam (2011:46).
Beberapa imam fiqh yang tergolong mujtahid seperti al-auza’i, abu hanifah dan imam malik, dalam buku ramayulis, ilmu pendidikan islam (1998:17) yang dikutip Muhammad muntahibun nafis dalam bukunya, ilmu pendidikan islam (2011:46) pada waktu itu merasa perlu untuk memecahkan permasalahan yang timbul sebagai akibat terjadinya interaksi nilai-nilai budaya adat-istiadat yang berbeda dengan menggunakan ijtihad. Dengan demikian, ijtihad dapat digunakan sebagai sumber pendidikan karena sesuai dengan hikmah islam. Hal ini disebabkan karena AL-qur’an dan sunnah masih banyak mengandung arti yang umum, sehingga para ahli hkum menggunakan ijtihad untuk menetapkan hukum tersebut. 
A.    Kesimpulan
1)      pendidikan islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia, baik individu maupun sosial untuk mengarahkan potensi, baik potensi dasar (fitrah), maupun ajar yang sesuai fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai islamuntuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2)    Dasar Pendidikan islam merupakan Aturan atau hukum-hukum islam yang menjadi pijakan pendidikan islam
3)      Dasar pendidikan islam ada 6 yakni al-qur’an sebagai sumber pertama dan utama kemudian as-sunnah dan Kata-kata sahabat (madzhab sahabi), Kemaslahatan umat / sosial (mashlahah al-mursalah), Tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘urf) juga Hasil pemikiran para ahli dalam islam (ijtihad).
B.     Saran
 Sebagai umat muslim yang tentunya mengkaji ilmu pendidikan islam dalam kehidupan sehari-hari, akan mempermudah tercapainya tujuan dari ilmu pendidikan islam, bila kita lebih mendalami apa yang menjadi dasar ilmu pendidikan islam.



[1] Islam universal adalah islam yang diajarkan Allah dan Rasulnya sebagaimana adanya, yang memiliki nilai esensial dan diberlakukan untuk semua lapisan, misalnya menutup aurat bagi muslim dan  muslimah. Sedangkan islam local adalah islam adaptif terhadap tradisis dan budaya masyarakat setempat sebagai hasil interpretasi terhadap islam universal seperti bagaimana bentuk menutup aurat itu, apa memakai celana, sarung, kebaya, atau yang lain. ibid
[2] Wiyani, novan ardi & barnawi, Ilmu Pendidikan Islam ( Jogjakarta, Ar ruzz Media, 2012 ) hlm. 53


[1] Salim Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam ( Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2012 ) hlm. 31
[2] An-nahlawi abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (jakarta, gema insani, 2004) hlm. 24-25
[3] Salim Moh. Haitami & Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam ( Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2012 ) hlm. 32-33
[4] https://no3vie.wordpress.com/dasar-pendidikan-pendidikan-dasar/ diakses pada 6 maret 2015
[5] An-nahlawi Abdurrahman, pendidikan islam di rumah sekolah dan masyarakat, (Jakarta, gema insani, 2004) hlm. 34
[6] Nafis, Muhammad muntahibun, ilmu pendidikan islam (Yogyakarta, teras, 2011) hlm. 37
[7] Wiyani, novan ardi & barnawi, Ilmu Pendidikan Islam ( Jogjakarta, Ar ruzz Media, 2012 ) hlm. 53

Kamis, 19 Maret 2015

makalah psikologi pendidikan perbedaan kemampuan individu 2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perbedaan kemampuan individual diantara anak didik merupakan hal yang tidak mungkin dihindari , karena hampir tidak ada kesamaan yang dimiliki oleh manusia kecuali perbedaan itu sendiri. Sejauh mana individu berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari berbagai unsur perbedaan tersebut.
Setiap orang,apakah ia seorang anak atau seorang dewasa, dan apakah ia berada didalam satu kelompok atau seorang diri,ia disebur individu.Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan.Sifat individual adalah sifat yang berkaitan denhan orang perseorangan,berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan.
Di lingkungan pendidikan,ditemukan perbedaan individual anak didik cukup banyak,yang semuanya merupakan ciri kepribadian anak didik sebagai individu.Hal yang terpenting dalam hal ini adalah perbedaan individual anak didik terebut harus disikapi oleh guru secara bijaksana.Artinya,guru harus mengupayakan semaksimal mungkin agar setiap siswa mwncapai tujuan belajar meski dengan perbedaan yang ada.[1]
Dari uraian diatas makalah ini akan membahas tentang perbedaan kemampuan individu.
1.2  Rumusan Masalah
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. (kultura volume : 12 no.1 juni 2011 ) Parameternya adalah rerata hasil hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar) dalam arti yang lebih substansial bahwa, proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan dominasi siswa sehingga tidak memberhentikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui proses berfikirnya. Pada pembelajaran ini, suasana kelas cenderung teacher centered sehigga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut karena tidak memerlukat alat dan bahan praktek. Cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ujar aau referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar,berfikir, dan memotivasi diri sendiri. Masalah inibanyak dijumpai dalam proses belajar mengajar di kelas.[2]
1.      Bagaimana Perbedaan Gaya Belajar dan Strategi Pengajarannya?
2.      Bagaimana Perbedaan Kepribadian dan Strategi Pengajarannya?
1.3  Tujuan Masalah
1.      Mengetahui Perbedaan Gaya Belajar dan Strategi Pengajarannya
2.      Mengetahui Perbedaan Kepribadian dan Strategi Pengajarannya 
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Gaya Belajar dan Strategi Pengajaran
Gaya belajar merupakan suatu cara atau proses belajar yang dapat mempermudah pembelajaran. Perbedaan gaya belajar menjadi pokok pembahasan yang hampir selalu ada dalam pembahasan tentang belajar. Perbedaan gaya belajar pada siswa merupakan sesuatu yang dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan individu siswa dalam proses belajar meskipun dalam kondisi dan proses pembelajaran yang sama. Pertanyaan mendasar yang muncul kemudian adalah kenapa guru harus mengetahui perbedaan gaya belajar siswanya ?pertanyaan tersebut sudah muncul sejak lama sehingga beberapa peneliti, seperti scott, dunn, beaudry dan klavas sebagaimana disebutkan sugiyono dan hariyanto (2011:147) dalam bukunya belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar menjelaskan bahwa penting bagi seorang guru untuk mengetahui gaya belajar sswa dan memadukan gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa.
Gaya belajar masing-masing siswa berbeda, seperti juga halnya dengan tanda tangan masing-masing individu (sugiyono dan hariyanto, 2011:147). Oleh sebab itu guru perlu mengetahui gaya belajar siswa karena dengan mengetahuinya guru akan engan mudah mengorganisasikan proses pembeajaran dengan berbagai metode dan cara mengajar sehingga bisa diterima  dan dipahami seluruh siswa.  Menurut Sarasin dalam sugihartono dk. (2007:53) gaya belajar merupakan pola perilaku yang spesifikpada individu dalam proses menerima informasi baru dan mengembangkan ketrampilan baru, serta proses menyimpan informasi atau ketrampilan baru tersebut selama proses belajar berlangsung. Hal tersebut menjelaskan bahwa siswa memiliki kebutuhan belajarnya sendiri, belajar dengan caranya sendiri yang berbeda satu sama lain, dan memproses dengan cara yang berbeda pula. Oleh sebab itu guru hendaknya memperhatikan kebutuhan khusus siswa dalam belajar agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.[3]
Guru yang mampu memahami gaya belajar siswanya akan mampu memilih dan menentukan metode pembelajaran yang bermakna. Selain itu, individu yang belajar dengan modelitas/gaya belajarnya akan mempercepat proses kognitifnya dalam belajar (sugiyono dan hariyanto, 2011: 148-149).

Menurut felder solomon dalam sugihartono dkk. (2007:55-57) gaya belajar individu terbagi menjadi empat macam antara lain active dan reflective learners, sensing and intuitive learners, visual and verbal learners, dan sequential and global learners.
a)      Active dan Reflective Learners
Individu dengan gaya belajar ini menyukai belajar dalam suasana kelompok serta lebih banyak melakukan aktivitas menulis selama mengikuti proses pembelajaran. Sementara individu dengan model reflective learner dalam proses belajar lebih memilih memikirkan atau merenungi terlebih dahulu materi belajarnya seta lebih menyukai belajar sendirian .
b)      Sensing and Intuitive Learners
Individu dengan tipe belajar sensing learner suka belajar dengan cara mempelajari fakta-fakta, memecahkan masalah denan cara-cara yang sudah pasti, menyukai seuatu yang rinci dan memiliki ingatan yang bagus terhadap fakta-fakta. Namun demikian, mereka kurang menyukai kejutan-kejutan , kurang menyukai jenis tes dengan materi yang tidak diberikan di kelasserta kurang menyukai kegiatan kursus-kursus dan pelatihan yang tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Sementara individu dengan intuitive learner menyukai proses belajar dengan cara memilih untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan-hubungan, menyukai inovasi-inovasi sehingga cenderung lebih inovatif, bagus dalam menemukan konsep-konsep baru, serta cepat dalam bekerja. 
c)      Visual and Verbal Learners
Individu dengan tipe visual learner memiliki ingatan yang bagus atas apa yang dilihatnya dalam bentuk gambar, diagram, film, peragaan-peragaan serta bentuk visual lainnya. Oleh sebab itu lebih banyak belajar dengan cara membaca dan mengamati. Sementara individu dengan tipe verbal learner lebih mudah belajar dengan cara mengingat kata-kata baik lisan maupun tertulis. Oleh sebab itu mereka lebih banyak belajar dengan mendengarkan ceramah , berdiskusi, Tanya jawab lisan, dan sebagainya. Namun demikian selama proses belajar, transfer pengetahuan / informasi lebih banyak diserap adan disajikan secara verbal dan visual.
d)     Sequential and Global Learners
Individu dengan tipe sequential learner akan cenderung memahami melalui langkah-langkah linear, langkah-langkahnya saling berurutan secara logis, dalam memecahkan masalah dan mencari solusi. Sementara, tipe global learner cenderung belajar melalui lompatan-lompatan besar , melihat informasi secara acak tanpa melihat hubungannyadan tiba-tiba menemukan artinya sehingga mapu memecahkan masalah kompleks dengan cepat.
Selain beberapa jenis yang telah disebutkan terdapat juga gaya belajar berdasarkan modalitas indra yang digunakan. Menurut deprorter dan henarcki (1999:112), gaya belajar berdasarkan modalitas indra “..adalah mengenali modalitas seseorang dalam belajar sebagai modalitas visual, auditorial atau kinestetik (V-A-K)”. Pendekatan mengenai gaya  belajar cukup banyak bentuk dan ragamnya. Namun demikian pendekatan yang paling sering dipakai adalah gaya belajar berdasarkan modalitas indra, yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik .“ dari berbagai teori tipe belajar, yang paling sering dipakai adalah pembagian berdasarkan tiga belajar yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.” (sutanto,2008:23).[4]
1)      Visual (belajar dengan cara melihat)
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.
·         Ciri-ciri gaya belajar visual :
a.       Bicara agak cepat
b.      Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
c.       Tidak mudah terganggu oleh keributan
d.      Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
e.       Lebih suka membaca dari pada dibacakan
f.       Pembaca cepat dan tekun
g.      Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
h.      Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i.        Lebih suka musik dari pada seni
j.        Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya.
·         Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1)      Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2)      Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3)      Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4)      Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5)      Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
2)      Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya.Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
·         Ciri-ciri gaya belajar auditori :
1)      Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
2)      Penampilan rapi
3)      Mudah terganggu oleh keributan.
4)      Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat.
5)      Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
6)      Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7)      Biasanya ia pembicara yang fasih
8)      Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9)      Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
10)  Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
11)  Berbicara dalam irama yang terpola
12)  Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.
·         Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1)      Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga.
2)      Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3)      Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
4)      Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5)      Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur.
3)      Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
·         Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
1)      Berbicara perlahan
2)      Penampilan rapi
3)      Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
4)      Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5)      Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6)      Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
7)      Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
8)      Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
9)      Menyukai permainan yang menyibukkan
10)  Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
11)  Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
·         Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1)      Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2)      Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3)      Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4)      Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5)      Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.[5]
2.      Perbedaan Kepribadian Dan Strategi pengajaran
Menurut Atkinson dkk dalam sugihartono dkk. (2007:46) kepribadian merupakan pola perilaku dan cara berpikir seseorang yang khas dalam menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Kepribadian juga menjelaskan akan adanya karakteristik yang membedakan satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan kepribadian individu yang lebih banyak dikaji dalam dunia pendidikan dan  pembelajaran terbagi dalam dua bentuk atau model  yaitu model big five dan model brig myers (sugihartono dkk. 2007:46)
1)      Model big five
Model ini dikembangkan oleh lewis golberg pada 1993. Menurut golberg dalam sugihartono dkk. (2007:47-50). Model kepribadian lima dimensi yang disebut big five  meliputi extroversion, agreeableness, conscientiousnesss, neoroctism , dan openes to experience.
2)      Extroversion
Individu dengan tipe ini menikmati keberadaannya dengan orang lain, penuh energi dan memiliki emosi positif. Mereka memiliki antusiasme yang tinggi, suka berbicara dalam kelompok, dan menunjukan perhatian pada diri sendiri. Individu extrovert akan lebih gembira dengan reward potential yang diterimanya. Kepribadian yang berlawanan dengan extrovert adalah introvert .individu introvert cenderung kurag gembira, kurang energy dan aktivitasnya rendah. Mereka cenderung lebih tenang dan menarik diri dari lingkungan social.
3)       Agreeableness
Agreeableness berkaitan dengan hubungan social seorang individu.Individu dengan tipe agreeable mudah bergaul dengan baik.  Mereka penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka menolong, serta au menyesuaikan kinginannya dengan keinginan orang lain. Individu tipe ini juga memiliki pandangan optimis tentang  kemanusiaan yaitu pada dasarnya setiap orang jujur, sopan, dan dapat dipercaya. Selain itu ia dapat mencapai dan menjaga popularitasnya. Namun demikian, mereka tidak sesuai untuk situasi yang membutuhkan keputusan-keputusan objktif. Berlawanan dengan agreeable individu disagreeable  selalu menempatkan keinginannya diatas orang lain dan tanpa kompromi. Mereka tidak memperhatikan konisi orang lain, mudah ragu, yang menyebabkan mudah curiga, tidak bersahabat dan kurang kooperatif.namun demikian, mereka cenderung lebih cocok menjadi ilmuan, kritikus, atau tentara yang baik.
4)       Conscientiousnesss
Conscientiousnesss berkaitan dengan cara individu mengontrol , mengatur dan memerintah kemampuan impuls atau kemampuan merespon di otak.  Individu yang impulsive merupakan individu yang jenaka dan menyenangkan. Individu yang conscientious memiliki perencanaan yang penuh tujuan dan usaha yang gigih  untuk mencapai kesuksesan dan menghindari kegagalan. Mereka cenderung cerdas dan dapat dipercaya. Namun demikian, mereka  juga terlihat kaku, membosankan, perfeksionis dan pekerja keras. Berbeda dengan individu consientious inividu un conscientious sulit dipercayaa, kurang berambisi dan cepat menyerah. Nmun, mereka tidak kaku dan sering mengalami kesenangan jangka pendek.Hasil penelitian schouwenburg ddalam sugihartono dkk.(2007:48) menunjukan bahwa conscientiousnesss berhubungan dengan tingkat disiplin kerja, minat terhadap pelajaran, tingkat konsentrasi dan memandang pelajaran sebagai sesuatu yang mudah.Siswa conscientious juga memiliki motivasi intrisik dan sikap belajar yang baik.
5)       Neoroctism (emosi negative)
Neoroctism menunjuk pada kecenderungan individu untuk mengaami emosi negative. Neoroctism berkaitan dengan kurangnya konsentrasi, takut salah, dan merasakan belajar sebagai sesuatu yang penuh tekanan, kedangkalan gaya belajar, juga rendahnya kemampuan kritis individu (sugihartono dkk. (2007:49) .menurut enswistle dalam  sugihartono dkk. (2007:49) individu yang neoroctism hanya mengejar nilai ujian , tetapi tidak berminat pada pelajaran itu sendiri. Mereka yang memiliki skor neoroctism tinggi cenderung reaktif secara emosional, merespon ecara emosional peristiwa-peristiwa yang tidak akan memengaruhi sebagian besar orang dan reaksi mereka cenderung lebih kuat  menginterpretasikan situasi biasa sebagai situasi yang mengancam dan frustasi keci sebagai kesulitan tanpa harapan akan berakhir, sering merasakan bad mood, cemas, mudah marah, dan depresi. Sebaliknya, mereka yang memiliki skor neoroctism rendah cenderung tidak mudah terganggu, emosinya stabil, terbebas dari emosi negative yang menetap, dan emosi positif lainnya.
6)       Openness to experience
Openness to experience merupakan dimensi yang membedakan kepribadian orang yang kreatif dan imajinatif dan orang yang sederhana dengan konvensional (suihrtono, dkk. 2007:49). Individu dengan skor Openness to experience nya rendah cenderung memiliki minat yang sempit , dan biasa-biasa saja, sederhana, terus terang, membingungkan, sulit mengerti usaha dan kerja keras, lebih memilihhal yang sudah terbiasa daripada hal-hal yang baru, mereka bersifat konservatif dan resisten terhadap perubahan.[6]
2)      Model Brig-myers
Model brig-myers dikembangkan issabel myers dan ibunya Katharine.c.briggs. model ini merupakan pengembangan model kepribadian carl gustav jung, yang kemudian inventorinya dikenal dengan MBTI (Myers briggs type indicator). Metode ini memberikan sudut pandang yang berbeda dalam memandang seseorang.Menurut sugihartono, dkk. (2007:50-52) terdapat empat cara untuk memandang seseorang melalui model inisehingga dikenal sebagai model big four, yaitu meliputi dimensi-dimensi berikut.
A.    Extraversion (E) dengan introversion (I)
Perbedaan ini berkaitan dengan bagaiman seseorang bersikap dan berperilaku untuk mendapatkan dorongan atauenergi dalam berperilaku. Individu dengan tipe extraversion menemukan energy dari orang lain dan benda yang ada di sekitarnya. Mereka sangat berorientasi pada tindakan, belajar dengan cara menjelaskan pada orang lain, menyukai bekerja dalam kelompok dan tidak mengetahui telah mempelajari dan memahami sesuatu sampai mereka mencoba menjelaskannya pada diri sendiri atau orang lain. Siti partinidalam sri rumini dkk (2006:55) menambahkan beberapa cara individu ekstrovert, yaitu mudah bergaul, mudah menyesuaikan diri, menaruh minat pada orang lain, berminat pada kegiatan-kegiatan social, bersikap ramah dan banyak teman.
Individu dengan tipe introversion ini menemukan tenaga dari dalam bentuk ide-ide, konsep dan abstraksi.Mereka membutuhkan sossialisasi dan juga membutuhkan kesendirian.Mereka merupakan konsentrator dan pemikir reflektif yang baik. Individen dengan ciri-ciri introvert antara lain dengan menarik diri diri lingkungan, pemalu, sukar bergaul, lebih senang berangan-angan, menutup diri, dan kurang suka bergaul. 
B.     Sensing (S) dan intuition (I)
Model iniberkaitan dengan bagiman individu memahami sesuatu dan menerjemahkan suatu informasi baru yang diperolehnya.
·         Sensing
Individu dengan tipe ini sangat berorientasi pada detail, menginginkan adanya fakta kemudian mempercayainya, mereka juga mempelajari pelajaran yang linear, terorganisasi dan terstruktur, serta dalam belajar mampu mengidentifikasi dan menyusun fakta dari sebuah percobaan.
·         Intuituition
Individu dengan tipe ini berorientasi pada sebuah pola pengetahuan dan hubungan antara fakta-fakta yang diperoleh, mereka percaya pada firasat mereka, melihat suatu pola tertentu ketika orang lain melihatnya secara acak, menyukai model pembelajaran discovery, dalam belajar harus memiliki gambaran besar atau kerangka kerja untuk memahami sebuah pelajaran, dan siswa intuitif dapat mengembangkan peta konsep secara rasional dan membandingkan tabel-tabel.
C.     Thinking (T) dengan feeling (F)
Thinking dan feeling berkaitan dengan prosespengambilan keputusan.Pengambilan keputusan biasanya dilakukan individu atas dasar logika, prinsip, dan analisis.Namun, kadang-kadang didasari nilai-nilai kemanusiaan.
·         Thinking
Individu tipe ini menyukai tujuan pelajaran yang jelas, menghargai kebebasan dan menentukan sebuah keputusan berdasarkan kriteria objektif dan logika dari suatu situasi.
·         Feeling
Individu tipe ini menyukai kerja dalam kelompok yang harmonis, memusatkan perilaku dan keputusan pada nilai-nilai an kebutuhan dari sisi kemanusiaan, memiliki kemampuan mediasi dalam memfasilitasi perbedaan anggota kelompok.
D.    judging (J) dengan perceptive (P)
Karakteristik yag dimiliki tipe judging berbeda dengan siswa bertipe perceptive. Hal ini berkaitan dengan pencarian bahan, menunda tindakan, dan membuat keputusan secara cepat.
·         Tipe judging
Individu dengan tipe ini cenderung tegas, penuh rencana, mengatur diri sendiri, focus dalam menyelesaikan tugas dan hanya inginmengetahui esensi dari sesuatu, bertindak cepat, merencanakan setiap pekerjaan, mengerjakan pekerjaan sesuai rencananya, dan deadline adaah sebuah hal yang keramat. Siswa dengan tipe ini sering menutup suatu analisis kasus dengan sangat cepat.
·         Tipe perceptive
Individu dengan tipe ini cenderung selalu ingin tahu, bersikap spontan, mudh menesuaikan diri, mereka suka memulai beberapa tugas, ingin mengetahuinya.Namun, sering menemukan kesulitan mengerjakan tugasnya, serta tidak dibatasi deadline.Siswa tipe ini juga sering menunda-nunda pekerjaan sampai batas waktu berakhir.[7]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ada berbagai teori tipe belajar, yang paling sering dipakai adalah pembagian berdasarkan tiga belajar yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik.Sedangkan kepribadian merupakan pola perilaku dan cara berpikir seseorang yang khas dalam menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
 Seorang Guru yang mampu memahami perbedaan  gaya belajar dan kepribadian siswanya akan mampu memilih dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai dan bermakna meskipun dengan siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
B.     Saran
Demikianlah makalah yang kami buat tentang Perbedaan Kemampuan Individu untuk kritik dan saran yang membangun sangatlah kami harapkan terutama dari bapak dosen dan teman-teman.


[1]Nyanyu Khodijah.psikologi pendidikan,jakarta : PT.RajaGrafindo Persada,2014, hlm. 163
[2]http://www.academia.edu/1837705/PENGARUH_STRATEGI_PEMBELAJARAN_DAN_GAYA_BELAJAR_TERHADAP_HASIL_BELAJAR_BAHASA_INDONESIA_SISWA_KELAS_XI_SMA_NEGERI_1_
Diakses pada 13 maret 2015
[3]Muhammad Irham & Novan A.W Psikologi Pendidikan,jogjakarta:Ar-ruzz media,2013,99
[4]Ibid, hlm. 99
[6]Muhammad Irham & Novan A.W op. cit. Hlm. 94
[7] ibid,. hal 102