BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbedaan kemampuan individual diantara anak didik
merupakan hal yang tidak mungkin dihindari , karena hampir tidak ada kesamaan
yang dimiliki oleh manusia kecuali perbedaan itu sendiri. Sejauh mana individu
berbeda akan mewujudkan kualitas perbedaan mereka atau kombinasi-kombinasi dari
berbagai unsur perbedaan tersebut.
Setiap orang,apakah ia seorang anak atau seorang dewasa,
dan apakah ia berada didalam satu kelompok atau seorang diri,ia disebur
individu.Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau
perseorangan.Sifat individual adalah sifat yang berkaitan denhan orang
perseorangan,berkaitan dengan perbedaan individual perseorangan.
Di lingkungan pendidikan,ditemukan perbedaan individual
anak didik cukup banyak,yang semuanya merupakan ciri kepribadian anak didik
sebagai individu.Hal yang terpenting dalam hal ini adalah perbedaan individual
anak didik terebut harus disikapi oleh guru secara bijaksana.Artinya,guru harus
mengupayakan semaksimal mungkin agar setiap siswa mwncapai tujuan belajar meski
dengan perbedaan yang ada.[1]
Dari uraian diatas makalah ini akan membahas tentang
perbedaan kemampuan individu.
1.2 Rumusan Masalah
Salah satu masalah pokok
dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih
rendahnya daya serap peserta didik. (kultura volume : 12 no.1 juni 2011 ) Parameternya
adalah rerata hasil hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat
memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang
masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu
sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar) dalam
arti yang lebih substansial bahwa, proses pembelajaran hingga dewasa ini masih
memberikan dominasi guru dan tidak memberikan dominasi siswa sehingga tidak
memberhentikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui
proses berfikirnya. Pada pembelajaran ini, suasana kelas cenderung teacher
centered sehigga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka
menerapkan model tersebut karena tidak memerlukat alat dan bahan praktek. Cukup
menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ujar aau referensi lain. Dalam hal
ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana
belajar,berfikir, dan memotivasi diri sendiri. Masalah inibanyak dijumpai dalam
proses belajar mengajar di kelas.[2]
1.
Bagaimana Perbedaan Gaya
Belajar dan Strategi Pengajarannya?
2.
Bagaimana Perbedaan
Kepribadian dan Strategi Pengajarannya?
1.3 Tujuan Masalah
1.
Mengetahui Perbedaan Gaya
Belajar dan Strategi Pengajarannya
2.
Mengetahui Perbedaan
Kepribadian dan Strategi Pengajarannya
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Gaya Belajar dan Strategi Pengajaran
Gaya belajar merupakan suatu cara atau proses belajar
yang dapat mempermudah pembelajaran.
Perbedaan gaya belajar
menjadi pokok pembahasan yang hampir selalu ada dalam pembahasan tentang
belajar. Perbedaan gaya belajar pada siswa merupakan sesuatu yang dapat
menjelaskan perbedaan-perbedaan individu siswa dalam proses belajar meskipun
dalam kondisi dan proses pembelajaran yang sama. Pertanyaan mendasar yang
muncul kemudian adalah kenapa guru harus mengetahui perbedaan gaya belajar
siswanya ?pertanyaan tersebut sudah muncul sejak lama sehingga beberapa
peneliti, seperti scott, dunn, beaudry dan klavas sebagaimana disebutkan
sugiyono dan hariyanto (2011:147) dalam bukunya belajar dan pembelajaran teori dan konsep dasar
menjelaskan bahwa penting bagi seorang guru untuk mengetahui gaya belajar sswa
dan memadukan gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa.
Gaya
belajar masing-masing siswa berbeda, seperti juga halnya dengan tanda tangan
masing-masing individu (sugiyono dan hariyanto, 2011:147). Oleh sebab itu guru
perlu mengetahui gaya belajar siswa karena dengan mengetahuinya guru akan engan
mudah mengorganisasikan proses pembeajaran dengan berbagai metode dan cara
mengajar sehingga bisa diterima dan
dipahami seluruh siswa. Menurut Sarasin
dalam sugihartono dk. (2007:53) gaya belajar merupakan pola perilaku yang
spesifikpada individu dalam proses menerima informasi baru dan mengembangkan
ketrampilan baru, serta proses
menyimpan informasi atau ketrampilan baru tersebut selama proses belajar berlangsung.
Hal tersebut menjelaskan bahwa siswa memiliki kebutuhan belajarnya sendiri,
belajar dengan caranya sendiri yang berbeda satu sama lain, dan memproses
dengan cara yang berbeda pula. Oleh sebab itu guru hendaknya memperhatikan
kebutuhan khusus siswa dalam belajar agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.[3]
Guru
yang mampu memahami gaya belajar siswanya akan mampu memilih dan menentukan
metode pembelajaran yang bermakna. Selain itu, individu yang belajar dengan
modelitas/gaya belajarnya akan mempercepat proses kognitifnya dalam belajar
(sugiyono dan hariyanto, 2011: 148-149).
Menurut
felder solomon dalam sugihartono dkk. (2007:55-57) gaya belajar individu
terbagi menjadi empat macam antara lain active dan reflective learners, sensing
and intuitive learners, visual and verbal learners, dan sequential and global
learners.
a) Active
dan Reflective
Learners
Individu
dengan gaya belajar ini menyukai belajar dalam suasana kelompok serta lebih
banyak melakukan aktivitas menulis selama mengikuti proses pembelajaran.
Sementara individu dengan model reflective learner dalam proses belajar lebih
memilih memikirkan atau merenungi terlebih dahulu materi belajarnya seta lebih
menyukai belajar sendirian .
b) Sensing
and Intuitive
Learners
Individu
dengan tipe belajar sensing learner suka belajar dengan cara mempelajari
fakta-fakta, memecahkan masalah denan cara-cara yang sudah pasti, menyukai
seuatu yang rinci dan memiliki ingatan yang bagus terhadap fakta-fakta. Namun
demikian, mereka kurang menyukai kejutan-kejutan , kurang menyukai jenis tes
dengan materi yang tidak diberikan di kelasserta kurang menyukai kegiatan
kursus-kursus dan pelatihan
yang tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Sementara individu dengan intuitive learner menyukai
proses belajar dengan cara memilih untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan
adanya hubungan-hubungan, menyukai inovasi-inovasi sehingga cenderung lebih
inovatif, bagus dalam menemukan konsep-konsep baru, serta cepat dalam
bekerja.
c) Visual
and Verbal Learners
Individu
dengan tipe visual learner memiliki ingatan yang bagus atas apa yang dilihatnya
dalam bentuk gambar, diagram, film, peragaan-peragaan serta bentuk visual
lainnya. Oleh sebab itu lebih banyak belajar dengan cara membaca dan mengamati.
Sementara individu dengan tipe verbal learner lebih mudah belajar dengan cara
mengingat kata-kata baik lisan maupun tertulis. Oleh sebab itu mereka lebih
banyak belajar dengan mendengarkan ceramah , berdiskusi, Tanya jawab lisan, dan
sebagainya. Namun demikian selama proses belajar, transfer pengetahuan /
informasi lebih banyak diserap adan disajikan secara verbal dan visual.
d) Sequential
and Global Learners
Individu
dengan tipe sequential learner akan cenderung memahami melalui langkah-langkah
linear, langkah-langkahnya saling berurutan secara logis, dalam memecahkan
masalah dan mencari solusi. Sementara, tipe global learner cenderung belajar
melalui lompatan-lompatan besar , melihat informasi secara acak tanpa melihat
hubungannyadan tiba-tiba menemukan artinya sehingga mapu memecahkan masalah
kompleks dengan cepat.
Selain
beberapa jenis yang telah disebutkan terdapat juga gaya belajar berdasarkan
modalitas indra yang digunakan. Menurut deprorter dan henarcki (1999:112), gaya
belajar berdasarkan modalitas indra “..adalah mengenali modalitas seseorang
dalam belajar sebagai modalitas visual, auditorial atau kinestetik (V-A-K)”.
Pendekatan mengenai gaya belajar cukup
banyak bentuk dan ragamnya. Namun demikian pendekatan yang paling sering
dipakai adalah gaya belajar berdasarkan modalitas indra, yaitu gaya belajar
visual, auditorial, dan kinestetik .“ dari berbagai teori tipe belajar, yang
paling sering dipakai adalah pembagian berdasarkan tiga belajar yaitu gaya
belajar visual, auditorial dan kinestetik.” (sutanto,2008:23).[4]
1) Visual
(belajar dengan cara melihat)
Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang
peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode
pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada
peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran
tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau
menggambarkannya di papan tulis. Anak
yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka
gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan
agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di
otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan
visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.Di dalam kelas,
anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan
informasi.
·
Ciri-ciri
gaya belajar visual :
a.
Bicara
agak cepat
b.
Mementingkan
penampilan dalam berpakaian/presentasi
c.
Tidak
mudah terganggu oleh keributan
d.
Mengingat
yang dilihat, dari pada yang didengar
e.
Lebih
suka membaca dari pada dibacakan
f.
Pembaca
cepat dan tekun
g.
Seringkali
mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
h.
Lebih
suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i.
Lebih
suka musik dari pada seni
j.
Mempunyai
masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali
minta bantuan orang untuk mengulanginya.
·
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1) Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar,
diagram dan peta.
2) Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3) Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4) Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan
video).
5) Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan
ide-idenya ke dalam gambar.
2) Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Siswa
yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat
belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang
guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone
suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori
lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak
auditori mendengarkannya.Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih
cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
·
Ciri-ciri
gaya belajar auditori :
1)
Saat
bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
2)
Penampilan
rapi
3)
Mudah
terganggu oleh keributan.
4)
Belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat.
5)
Senang
membaca dengan keras dan mendengarkan
6)
Menggerakkan
bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
7)
Biasanya
ia pembicara yang fasih
8)
Lebih
pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
9)
Lebih
suka gurauan lisan daripada membaca komik
10) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan
yang melibatkan Visual
11) Berbicara dalam irama yang terpola
12) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada,
berirama dan warna suara.
·
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1)
Ajak
anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di
dalam keluarga.
2)
Dorong
anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3)
Gunakan
musik untuk mengajarkan anak.
4)
Diskusikan
ide dengan anak secara verbal.
5)
Biarkan
anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.
3)
Kinestetik
(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Anak
yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan
melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan
mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.Siswa yang bergaya
belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
·
Ciri-ciri
gaya belajar kinestetik :
1) Berbicara perlahan
2) Penampilan rapi
3) Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi
keributan
4) Belajar melalui memanipulasi dan praktek
5) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
6) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika
membaca
7) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat
dalam bercerita
8) Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi
dengan gerakan tubuh saat membaca
9) Menyukai permainan yang menyibukkan
10) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika
mereka memang pernah berada di tempat itu
11) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian
mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
·
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai
berjam-jam.
2)
Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi
lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek
sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3)
Izinkan
anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4)
Gunakan
warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
2.
Perbedaan Kepribadian Dan
Strategi pengajaran
Menurut
Atkinson dkk dalam
sugihartono dkk. (2007:46) kepribadian merupakan pola perilaku dan cara
berpikir seseorang yang khas dalam menentukan penyesuaian diri dengan
lingkungannya. Kepribadian juga menjelaskan akan adanya karakteristik yang
membedakan satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan kepribadian individu
yang lebih banyak dikaji dalam dunia pendidikan dan pembelajaran terbagi dalam dua bentuk atau
model yaitu model big five dan model brig myers
(sugihartono dkk. 2007:46)
1)
Model big five
Model ini
dikembangkan oleh lewis golberg pada 1993. Menurut golberg dalam sugihartono
dkk. (2007:47-50). Model kepribadian lima dimensi yang disebut big five meliputi extroversion, agreeableness,
conscientiousnesss, neoroctism , dan openes to experience.
2)
Extroversion
Individu
dengan tipe ini menikmati keberadaannya dengan orang lain, penuh energi dan memiliki emosi positif. Mereka
memiliki antusiasme yang tinggi, suka berbicara dalam kelompok, dan menunjukan
perhatian pada diri sendiri. Individu extrovert akan lebih gembira dengan
reward potential yang diterimanya. Kepribadian yang berlawanan dengan extrovert
adalah introvert .individu
introvert cenderung kurag gembira, kurang energy dan aktivitasnya rendah.
Mereka cenderung lebih tenang dan menarik diri dari lingkungan social.
3) Agreeableness
Agreeableness
berkaitan dengan hubungan social seorang individu.Individu dengan tipe
agreeable mudah bergaul dengan baik.
Mereka penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka menolong, serta au
menyesuaikan kinginannya dengan keinginan orang lain. Individu tipe ini juga
memiliki pandangan optimis tentang
kemanusiaan yaitu pada dasarnya setiap orang jujur, sopan, dan dapat
dipercaya. Selain itu ia dapat mencapai dan menjaga popularitasnya. Namun
demikian, mereka tidak sesuai untuk situasi yang membutuhkan
keputusan-keputusan objktif. Berlawanan dengan agreeable individu
disagreeable selalu menempatkan
keinginannya diatas orang lain dan tanpa kompromi. Mereka tidak memperhatikan
konisi orang lain, mudah ragu, yang menyebabkan mudah curiga, tidak bersahabat
dan kurang kooperatif.namun demikian, mereka cenderung lebih cocok menjadi
ilmuan, kritikus, atau tentara yang baik.
4) Conscientiousnesss
Conscientiousnesss
berkaitan dengan cara individu mengontrol , mengatur dan memerintah kemampuan impuls atau kemampuan merespon di
otak. Individu yang impulsive merupakan
individu yang jenaka dan menyenangkan. Individu yang conscientious memiliki
perencanaan yang penuh tujuan dan usaha yang gigih untuk mencapai kesuksesan dan menghindari
kegagalan. Mereka cenderung cerdas dan dapat dipercaya. Namun demikian,
mereka juga terlihat kaku, membosankan,
perfeksionis dan pekerja keras. Berbeda dengan individu consientious inividu un
conscientious sulit dipercayaa, kurang berambisi dan cepat menyerah. Nmun,
mereka tidak kaku dan sering mengalami kesenangan jangka pendek.Hasil
penelitian schouwenburg ddalam sugihartono dkk.(2007:48) menunjukan bahwa
conscientiousnesss berhubungan dengan tingkat disiplin kerja, minat terhadap
pelajaran, tingkat konsentrasi dan memandang pelajaran sebagai sesuatu yang
mudah.Siswa conscientious juga memiliki motivasi intrisik dan sikap belajar
yang baik.
5) Neoroctism (emosi negative)
Neoroctism
menunjuk pada kecenderungan individu untuk mengaami emosi negative. Neoroctism
berkaitan dengan kurangnya konsentrasi, takut salah, dan merasakan belajar
sebagai sesuatu yang penuh tekanan, kedangkalan gaya belajar, juga rendahnya
kemampuan kritis individu (sugihartono dkk. (2007:49) .menurut enswistle
dalam sugihartono dkk. (2007:49)
individu yang neoroctism hanya mengejar nilai ujian , tetapi tidak berminat
pada pelajaran itu sendiri. Mereka yang memiliki skor neoroctism tinggi
cenderung reaktif secara emosional, merespon ecara emosional
peristiwa-peristiwa yang tidak akan memengaruhi sebagian besar orang dan reaksi
mereka cenderung lebih kuat
menginterpretasikan situasi biasa sebagai situasi yang mengancam dan
frustasi keci sebagai kesulitan tanpa harapan akan berakhir, sering merasakan
bad mood, cemas, mudah marah, dan depresi. Sebaliknya, mereka yang memiliki
skor neoroctism rendah cenderung tidak mudah terganggu, emosinya stabil,
terbebas dari emosi negative yang menetap, dan emosi positif lainnya.
6) Openness to experience
Openness to experience merupakan dimensi yang
membedakan kepribadian orang yang kreatif dan imajinatif dan orang yang
sederhana dengan konvensional (suihrtono, dkk. 2007:49). Individu dengan skor
Openness to experience nya rendah cenderung memiliki minat yang sempit , dan
biasa-biasa saja, sederhana, terus terang, membingungkan, sulit mengerti usaha
dan kerja keras, lebih memilihhal yang sudah terbiasa daripada hal-hal yang
baru, mereka bersifat konservatif dan resisten terhadap perubahan.[6]
2) Model Brig-myers
Model
brig-myers dikembangkan issabel myers dan ibunya Katharine.c.briggs. model ini
merupakan pengembangan model kepribadian carl gustav jung, yang kemudian
inventorinya dikenal dengan MBTI (Myers briggs type indicator). Metode ini
memberikan sudut pandang yang berbeda dalam memandang seseorang.Menurut
sugihartono, dkk. (2007:50-52) terdapat empat cara untuk memandang seseorang
melalui model inisehingga dikenal sebagai model big four, yaitu meliputi
dimensi-dimensi berikut.
A. Extraversion
(E) dengan introversion (I)
Perbedaan
ini berkaitan dengan bagaiman seseorang bersikap dan berperilaku untuk
mendapatkan dorongan atauenergi dalam berperilaku. Individu dengan tipe
extraversion menemukan energy dari orang lain dan benda yang ada di sekitarnya.
Mereka sangat berorientasi pada tindakan, belajar dengan cara menjelaskan pada
orang lain, menyukai bekerja dalam kelompok dan tidak mengetahui telah
mempelajari dan memahami sesuatu sampai mereka mencoba menjelaskannya pada diri
sendiri atau orang lain. Siti partinidalam sri rumini dkk (2006:55) menambahkan
beberapa cara individu ekstrovert, yaitu mudah bergaul, mudah menyesuaikan
diri, menaruh minat pada orang lain, berminat pada kegiatan-kegiatan social,
bersikap ramah dan banyak teman.
Individu
dengan tipe introversion ini menemukan tenaga dari dalam bentuk ide-ide, konsep
dan abstraksi.Mereka membutuhkan sossialisasi dan juga membutuhkan
kesendirian.Mereka merupakan konsentrator dan pemikir reflektif yang baik.
Individen dengan ciri-ciri introvert antara lain dengan menarik diri diri
lingkungan, pemalu, sukar bergaul, lebih senang berangan-angan, menutup diri,
dan kurang suka bergaul.
B. Sensing
(S) dan intuition (I)
Model
iniberkaitan dengan bagiman individu memahami sesuatu dan menerjemahkan suatu
informasi baru yang diperolehnya.
·
Sensing
Individu
dengan tipe ini sangat berorientasi pada detail, menginginkan adanya fakta
kemudian mempercayainya, mereka juga mempelajari pelajaran yang linear,
terorganisasi dan terstruktur, serta dalam belajar mampu mengidentifikasi dan
menyusun fakta dari sebuah percobaan.
·
Intuituition
Individu
dengan tipe ini berorientasi pada sebuah pola pengetahuan dan hubungan antara
fakta-fakta yang diperoleh, mereka percaya pada firasat mereka, melihat suatu
pola tertentu ketika orang lain melihatnya secara acak, menyukai model
pembelajaran discovery, dalam belajar harus memiliki gambaran besar atau
kerangka kerja untuk memahami sebuah pelajaran, dan siswa intuitif dapat
mengembangkan peta konsep secara rasional dan membandingkan tabel-tabel.
C. Thinking
(T) dengan feeling (F)
Thinking dan feeling berkaitan dengan
prosespengambilan keputusan.Pengambilan keputusan biasanya dilakukan individu
atas dasar logika, prinsip, dan analisis.Namun, kadang-kadang didasari
nilai-nilai kemanusiaan.
·
Thinking
Individu
tipe ini menyukai
tujuan pelajaran yang jelas, menghargai kebebasan dan menentukan sebuah keputusan berdasarkan kriteria
objektif dan logika dari suatu situasi.
·
Feeling
Individu tipe ini menyukai kerja dalam kelompok yang
harmonis, memusatkan perilaku dan keputusan pada nilai-nilai an kebutuhan dari
sisi kemanusiaan, memiliki kemampuan mediasi dalam memfasilitasi perbedaan
anggota kelompok.
D. judging
(J) dengan perceptive (P)
Karakteristik
yag dimiliki tipe judging berbeda dengan siswa bertipe perceptive. Hal ini
berkaitan dengan pencarian bahan, menunda tindakan, dan membuat keputusan
secara cepat.
·
Tipe judging
Individu dengan tipe ini cenderung tegas, penuh rencana,
mengatur diri sendiri, focus dalam menyelesaikan tugas dan hanya
inginmengetahui esensi dari sesuatu, bertindak cepat, merencanakan setiap pekerjaan,
mengerjakan pekerjaan sesuai rencananya, dan deadline adaah sebuah hal yang
keramat. Siswa
dengan tipe ini sering menutup suatu analisis kasus dengan sangat cepat.
·
Tipe perceptive
Individu
dengan tipe ini cenderung selalu ingin tahu, bersikap spontan, mudh menesuaikan
diri, mereka suka memulai beberapa tugas, ingin mengetahuinya.Namun, sering
menemukan kesulitan mengerjakan tugasnya, serta tidak dibatasi deadline.Siswa
tipe ini juga sering menunda-nunda pekerjaan sampai batas waktu berakhir.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada berbagai teori tipe belajar, yang paling sering
dipakai adalah pembagian berdasarkan tiga belajar yaitu gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik.Sedangkan kepribadian merupakan pola perilaku dan
cara berpikir seseorang yang khas dalam menentukan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
Seorang Guru yang
mampu memahami perbedaan gaya belajar
dan kepribadian siswanya akan mampu memilih dan menentukan metode pembelajaran
yang sesuai dan bermakna meskipun dengan siswa yang memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda.
B.
Saran
Demikianlah makalah yang kami buat tentang Perbedaan
Kemampuan Individu untuk kritik dan saran
yang membangun sangatlah kami harapkan
terutama dari bapak dosen dan teman-teman.
[2]http://www.academia.edu/1837705/PENGARUH_STRATEGI_PEMBELAJARAN_DAN_GAYA_BELAJAR_TERHADAP_HASIL_BELAJAR_BAHASA_INDONESIA_SISWA_KELAS_XI_SMA_NEGERI_1_
Diakses pada 13 maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar